KESEHATAN MENTAL
Menurut WHO, kesehatan mental adalah suatu kondisi
‘sejahtera’ dimana individu dapat merealisasikan kecakapannya, dapat melakukan
coping terhadap tekanan hidup yang normal, bekerja dengan produktif dan
memiliki konstribusi dalam kehidupan di komunitasnya.
Assagioli, (Ihrom, 2008) mendefinisikan, kesehatan mental
adalah terwujudnya integritas kepribadian, keselarasan dengan jati diri,
pertumbuhan ke arah realisasi diri, dan ke arah hubungan yang sehat dengan
orang lain.
Menurut Jahoda (Ihrom, 2008), kesehatan mental mencakup :
a) Sikap kepribadian yang baik
terhadap diri sendiri, kemampuan mengenali diri dengan baik.
b) Pertumbuhan dan
perkembangan serta perwujudan diri yang baik.
c) Keseimbangan mental,
kesatuan pandangan dan ketahanan terhadap segala tekanan.
d) Otonomi diri yang mencakup
unsur-unsur pengatur kelakuan dari dalam atau kelakuan-kelakuan bebas.
e) Persepsi mengenai realitas,
terbebas dari penyimpangan kebutuhan serta memiliki empati dan kepekaan
sosial.
f) Kemampuan menguasai
dan berintegrasi dengan lingkungan. Kesehatan mental merupakan kondisi yang
bersifat kontinum, dimana setiap kondisi kesehatan mental individu memiliki
berbagai nilai yang berbeda-beda serta sulit untuk dikenali kecuali menunjukkan
‘gejala’ yang menonjol.
Konsep Sehat
Konsep Sehat itu adalah sebuah keadaan normal yang sesuai
dengan standar yang diterima berdasarkan kriteria tertentu, sesuai jenis
kelamin dan komunitas masyarakat. Pada saat ini sehat bnayak diartikan dalam
kadar yang normal atau lazim yang terjadi pada individu dalam arti
bahwa individu tersebut tidak merasakan keluhan sebaliknya sakit diartikan
suatu keadaan yang tidak normal atau lazim pada diri seseorang misalnya, adanya
keluhan pusing yang tidak tertahan kan, panas, dan sebagainya sehingga pada
saat itu dapat disimpulkan bahwa sehat itu bukan dari suatu penyakit. Hubungan
antara sehat dan sakit ini penting diketahui agar ketika kita merasakan akan
tanda gejala sakit atau kurang sehat, maka kita bisa segera mendatangi tenaga
kesehatan untuk memeriksakan status kesehatan kita. Bila memang sakit , maka
kita akan segera mendapatkan pemgobatan yang tepat dari ahlinya.
Dadang Hawari pada tahun 1984 menambahkan aspek
spiritual sebagai kriteria sehat, sehingga sehat berarti meliputi kondisi
sejahtera pada :
1. Aspek fisik/ jasmani/ biologis
2. Aspek kejiwaan/ psikologis
3. Aspek sosial
4. Aspek spiritual (rohani/ agama)
Sejarah Perkembangan Kesehatan Mental
Perkembangan Kesehatan Mental Pra Ilmiah
1. Masa Animisme
Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental terjadi karena dewa marah dan
membawa pergi jiwanya. Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka mengadakan
perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari korban yang mereka persembahkan.
Praktik-praktik semacam tersebut berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Setelah
kemunculan naturalisme, maka praktik semacam itupun kian berkurang, walaupun
kepercayaan tentang penyakit mental tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap
bertahan sampai abad pertengahan.
2. Kemunculan Naturalisme
Perubahan sikap terhadap tradisi animisme terjadi pada zaman Hipocrates
(460-467). Aliran ini berpendapat bahwa gangguan mental atau fisik merupakan
akibat dari alam. Hipocrastes menolak pengaruh roh, dewa, setan atau hantu
sebagai penyebab sakit. Ide naturalistik ini kemudian dikembangkan oleh Galen,
seorang tabib dalam lapangan pekerjaan pemeriksaan atau pembedahan hewan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pendekatan naturalistik ini tidak dipergunakan
lagi di kalangan orang-orang Kristen. Seorang dokter Perancis,Philipe Pinel (1745-1826)
menggunakan filasafat politik dan sosial yang baru untuk memecahkan problem
penyakit mental. Dia telah terpilih menjadi kepala Rumah Sakit Bicetre di
Paris. Di rumah sakit ini, para pasiennya (yang maniak) dirantai, diikat di
tembok dan di tempat tidur. Para pasien yang telah dirantai selama 20 tahun
atau lebih karena dipandang sangat berbahaya dibawa jalan-jalan di sekitar rumah
sakit. Akhirnya, di antara mereka banyak yang berhasil. Mereka tidak lagi
menunjukkan kecenderungan untuk melukai atau merusak dirinya sendiri.
Perkembangan Kesehatan Mental Era Modern
Perubahan yang sangat berarti dalam sikap dan pengobatan gangguan mental, yaitu
dari animisme (irrasional) dan tradisional ke sikap dan cara yang
rasional (ilmiah), terjadi pada saat berkembangnya psikologi abnormal dan
psikiatri di Amerika Serikat, yaitu pada tahun 1783. Perkembangan psikologi
abnormal dan pskiatri ini memberikan pengaruh kepada lahirnya ”mental hygiene”
yang berkembang menjadi suatu ”Body of Knowledge”beserta gerakan-gerakan
yang terorganisir.
Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh gagasan, pemikiran dan inspirasi
para ahli, terutama dari dua tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dixdan
Clifford Whittingham Beers. Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara
formal mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa organisasi kesehatan
mental telah didirikan, seperti American Social Hygiene Associatin(ASHA),
dan American Federatio for Sex Hygiene.
Perkembangan gerakan-gerakan di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari
jasa Clifford Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya
itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental Hygiene
Movement”. Dia terkenal karena pengalamannya yang luas dalam bidang pencegahan
dan pengobatan gangguan mental dengan cara yang sangat manusiawi.
Pada tahun 1950, organisasi kesehatan mental terus bertambah, yaitu dengan
berdirinya ”National Association For Mental Health”yang bekerjasama dengan
tiga organisasi swadaya masyarakat lainnya, yaitu ”National Committee For
Mental Hygiene”, ”National Mental Health Foundation”, dan”Psychiatric
Foundation”.
Gerakan kesehatan mental ini terus berkembang sehingga pada tahun 1075 di
Amerika Serikat terdapat lebih dari seribu tempat perkumpulan kesehatan mental.
Di belahan dunia lainnya, gerakan ini dikembangkan melalui ”The World
Federation For Mental Health” dan“The World Health Organization”.
Pendekatan Kesehatan Mental
Menurut Saparinah Sadli, menjelaskan ada beberapa pendekatan kesehatan mental meliputi.
Pertama beliau mengemukakan tentang orientasi klasik. Orientasi klasik menurutnya adalah “seseorang dianggap sehat apabila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta menggangu efisiensi kegiatan sehari-hari”. Dalam definisi ini, orientasi klasik mengemukakan orang yang sehat berarti orang yang tidak mempunyai berbagai keluhan yang berakibat sakit untuk dirinya di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tidak cepat merasa lelah, cemas, tidak percaya diri, cepat putus asa, perasaan tidak berguna dan lain sebagainya. Biasanya ranah cakupan orientasi klasik ini banyak berkembang didunia kedokteran.
Pertama beliau mengemukakan tentang orientasi klasik. Orientasi klasik menurutnya adalah “seseorang dianggap sehat apabila ia tidak mempunyai keluhan tertentu seperti ketegangan, rasa lelah, cemas, rendah diri atau perasaan tidak berguna yang semuanya menimbulkan perasaan sakit atau rasa tidak sehat, serta menggangu efisiensi kegiatan sehari-hari”. Dalam definisi ini, orientasi klasik mengemukakan orang yang sehat berarti orang yang tidak mempunyai berbagai keluhan yang berakibat sakit untuk dirinya di dalam kehidupan sehari-hari. Seperti tidak cepat merasa lelah, cemas, tidak percaya diri, cepat putus asa, perasaan tidak berguna dan lain sebagainya. Biasanya ranah cakupan orientasi klasik ini banyak berkembang didunia kedokteran.
Kedua
Saparinah Sadli mengemukakan, orientasi penyesuaian diri. Orientasi
penyesuaian diri adalah “seseorang dianggap sehat mental bila ia mampu
mengembangakan dirinya sesuai dengan tuntutan orang-orang lain serta lingkungan
sekitarnya”. Definisi diatas berarti, orang dikatan sehat apabila ia mampu
bergaul dengan orang-orang disekitarnya. Karena manusia adalah makhluk sosial
yang tidak akan pernah bisa untuk hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Terakhir beliau megemukakan tentang orientasi
pengembangan potensi. Orientasi pengembangan potensi menurut beliau adalah
“seseorang dianggap mencapai taraf kesehatan jiwa bila ia mendapat kesempatan
untuk mengembangkan potensialitasnya menuju kedewasaan sehingga ia bisa
dihargai oleh orang lain dan dirinya sendiri. Definisi diatas berarti orang
dikatakan sehat apabila ia berhasil mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat
dan kreativitas yang ia miliki sehingga ia bisa dihargai oleh masyarakat diluar
sana.
Dengan demikian kita dapat membedakan pengertian dari apa
yang dimaksud dengan orientasi klasik, orientasi penyesesuaian diri dan yang
terakhir orientasi pengembangan potensi.
Sumber :
Schultz. Psikologi
Pertumbuhan. Yogyakarta : Kanisius
Siswanto. S. Psi. Msi. 2007. Kesehatan Mental, Konsep,
Cakupan dan Perkembangan. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar