Aliran ini mengarahkan perhatiannya pada
humanisasi yang menekankan keunikan manusia. Psikologi Humanistik manusia
adalah makhluk kreatif,yang di kendalikan oleh nilai-nilai dan pada
pilihan-pilihan sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran.
Kepribadian yang sehat menurut humanistik, perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri:
1) Menjalani hidup seperti seorang anak, dengan penyerapan dan konsentrasi
sepenuhnya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
2) Mencoba hal-hal baru ketimbang bertahan pada cara-cara yang aman dan tidak berbahaya.
3) Lebih memperhatikan perasaan diri dalam mengevaluasi pengalaman ketimbang suara tradisi, otoritas, atau mayoritas.
4) Jujur ; menghindari kepura-puraan dalam “bersandiwara”.
5) Siap menjadi orang yang tidak popular bila mempunyai pandangan sebagian besar orang.
6) Memikul tanggung jawab.
7) Bekerja keras untuk apa saja yang ingin dilakukan.
8) Mencoba mengidentifikasi pertahanan diri dan memiliki keberanian untuk menghentikannya.
Gambaran ahli psikologi humanistik tentang kodrat manusia
adalah optimis dan penuh harapan. Mereka percaya terhadap kapasitas manusia
untuk memperluas, memperkaya, mengembangkan, dan memenuhi dirinya, untuk
menjadi semuanya menurut kemampuan yang ada. Aliran Humanistik juga memfokuskan
diri pada kemampuan manusia untuk berfikir secara sadar dan rasional dalam
mengendalikan hasrat biologisnya guna meraih potensi maksimal. Manusia
bertanggung jawab terhadap hidup dan perbuatannya serta mempunyai kebebasan dan
kemampuan untuk mengubah sikap dan perilaku mereka. Kesimpulan yang didapat dari aliran ini yakni dimana
seseorang mampu mengembangkan semua potensi yang ada dalam dirinya.
Pendapat Allport Tentang Kesehatan Mental
Allport percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat
tidak dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar (kekuatan yang tidak dapat
dilihat dan dipengaruhi). Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh
konflik-konflik tidak sadar . individu yang sehat berfungsi pada tingkat
rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan yang membimbing dia dan dapat
mengontrol kekuatan itu juga.
Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma ataupun
konflik pada masa kanak-kanak. Pusat dari kepribadian kita adalah intensi-intensi
kita yang sadar dan sengaja, misalnya harapan, aspirasi dan impian. Manusia
didorong untuk mereduksikan tegangan-tegangan, menjaga supaya tegangan-tegangan
berada pada tingkat yang paling rendah dan menjaga satu keadaan keseimbangan
homeostatis internal atau “homeostatis”.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan akan sensasi-sensasi
dan tantangan tantangan yang bervariasi. Orang yang sehat didorong ke
depan oleh suatu visi masa depan, dan visi itu menyatukan kepribadiannya dan
membawa orang itu ke tingkat stress yang lebih tinggi.
Menurut Allport, kebahagiaan bukanlah suatu tujuan dalam
diri, tetapi hasil sampingan dari integrasi kepribadian dalam mengejar aspirasi
dan tujuan. Tujuan-tujuan yang dicita-ditakan oleh orang yang sehat
pada hakikatnya tidak dapat dicapai. Orang-orang yang matang dan sehat tidak
puas apabila dalam melakukan sesuatu hanya dalam taraf sedang atau memadai,
mereka baru merasa puas apabila melakukan sesuatu dengan kemampuan maksimal
mereka.
- Perkembangan Proprium Sebagai Dasar Perkembangan Kepribadian yang Sehat
Allport ingin menghilangkan kontradiksi-kontradiksi dan
kekaburan-kekaburan yang terkandung dalam pembicaraan-pembicaraan tentang
“diri” dengan membuang kata itu dan menggantikannya dengan suatu kata lain yang
akan membedakan konsepnya tentang “diri” dari semua konsep lain. Istilah yang
dipilihnya adalahproprium dan dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk
sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”.
Proprium menunjuk kepada sesuatu yang dimiliki
seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self)
terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi
seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai yang unik.
Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”.
Proprium berkembang dari masa bayi sampai masa
adolesensi melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua segi perkembangan telah
muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam suatu konsep proprium.
Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri” ini. Munculnya proprium merupakan
suatu prasyarat untuk suatu kepribadian yang sehat.
“Diri” jasmaniah. Kita tidak dilahirkan dengan suatu
perasaan tentang diri. Bayi itdak dapat membedakan antara diri (“saya”) dan
dunia sekitarnya. Kira-kira pada usia 15 bulan, maka muncullah tingkat pertama
perkembangan proprium diri jasmaniah. Kesadaran akan “saya jasmaniah”
misalnya bayi membedakan antara jari-jarinya dan sebuah benda yang dipegang
dalam jari-jarinya.
Identitas diri. Pada tingkat kedua perkembangan, muncullah
perasaan identitas diri. Anak mulai sadar akan identitasnya yang
berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Anak mempelajari namanya,
menyadari bahwa bayangan dalam cermin adalah bayangan yang sama seperti yang
dilihatnya kemarin, dan percaya bahwa perasaan tentang “saya” atau “diri” tetap
bertahan dalam menghadapi pengalaman-pengalaman yang berubah-ubah.
Harga diri. Tingkat ketiga dalam perkembangan proprium ialah
timbulnyaharga diri. Hal ini menyangkut perasaan bangga dari anak sebagai
suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport
percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan,
apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan
harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibatnya dapat timbul perasaan dihina
dan marah.
Perluasan diri (self extension). Tingkat perkembangan diri
berikutnya adalah perluasan diri, mulai sekitar usia 4 tahun. Anak sudah mulai
menyadari orang-orang lain dan benda-benda dalam lingkungannya dan fakta bahwa
beberapa diantaranya adalah milik anak tersebut. Anak berbicara tentang
“kepunyaanku”, ini adlah permulaan dari kemampuan orang untuk memperluas
dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga
abstraksi-abstraksi, nilai-nilai, dan kepercayaan-kepercayaan.
Gambaran diri. Gambaran diri berkembang pada
tingkat berikutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana anak melihat dirinya dan
pendapatnya tentang dirinya. Gambaran ini berkembang dari interaksi-interaksi
antara orangtua dan anak. Lewat pujian dan hukuman anak belajar bahwa
orangtuanya mengharapkan supaya menampilkan tingkah laku-tingkah laku tertentu
dan manjauhi itngkah laku-tingkah laku lain. Dengan mempelajari harapan-harapan
orangtua, anak mengembangkan dasar untuk suatu perasaan tanggung jawab moral
serta untuk perumusan tentang tujuan-tujuan dan intensi-intensi.
Diri sebagai pelaku rasional. Setelah anak mulai sekolah, diri
sebagai pelaku rasional mulai timbul. Aturan-aturan dan harapan-harapan
baru dipelajari dari guru-guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih
penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan
intelektual. Anak belajat bahwa dia dapat memecahkan masalah-masalah dengan
menggunakan proses-proses yang logis dan rasional.
Perjuangan proprium (propriate striving). Dalam masa
adolesensi, perjuangan proprium (propriate striving), tingkat terakhir tingkat
terakhir dalam perkembangan diri (selfhood) timbul. Allport percaya bahwa
masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Orang sibuk dalam
mencari identitas diri yang baru, segi yang sangat penting dari pencarian
identitas ini adalah definisi suatu tujuan hidup. Pentingnya pencarian ini
yakni untuk pertama kalinya orang memperhatikan masa depan, tujuan-tujuan dan
impian-impian jangka panjang.
Perkembangan dari daya dorong kedepan, intensi-intensi,
aspirasi-aspirasi, dan harapan-harapan orang itu mendorong kepribadian yang
matang. “sasaran-sasaran yang menentukan” ini dalam pandangan Allport sangat
penting untuk kepribadian sehat.
Tujuh tingkat diri atau proprium ini berkembang dari masa
bayi sampai masa adolesensi. Suatu kegagalan atau kekecewaan yang hebat pada
setiap tingkat melumpuhkan penampilan tingkat-tingkat berikutnya serta
menghambat integrasi harmonis dari tignkat-tingkat itu dalam proprium.
Dengan demikian pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak sangat penting dalam
perkembangan kepribadian yang sehat.
- Ciri-ciri Kepribadian yang Matang Menurut Allport
1). Perluasan Perasaan Diri
2). Hubungan Diri yang Hangat dengan Orang-orang Lain
3). Keamanan Emosional
4). Persepsi Realistis
5). Keterampilan-keterampilan dan Tugas-tugas
6). Pemahaman Diri
7). Filsafah Hidup yang Mempersatukan
Sumber :
Schultz,Duane.(1991). Psikologi
Pertumbuhan.Yogyakarta:Penerbit Kanisius.
Baihaqi,MIF.(2008). Psikologi Pertumbuhan, Kepribadian
Sehat Untuk Mengembangkan Optimisme. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Hlm.
4-6.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar