Hierarki kebutuhan manusia
Maslow
mengembangkan teori tentang bagaimana semua motivasi saling berkaitan. Ia
menyebut teorinya sebagai “hirarki kebutuhan”. Kebutuhan ini mempunyai tingkat
yang berbeda-beda. Ketika satu tingkat kebutuhan terpenuhi atau mendominasi,
orang tidak lagi mendapat motivasi dari kebutuhan tersebut.. Maslow membuat
tingkatan kebutuhan manusia menjadi lima karakteristik. sebagai berikut :
a) Kebutuhan
fisiologis
Kebutuhan
fisiologis adalah kebutuhan manusia yang paling mendasar untuk mempertahankan
hidupnya secara fisik, yaitu kebutuhan akan makanan, minuman, tempat tinggal,
seks, tidur, istirahat, dan udara. Seseorang yang mengalami kekurangan makanan,
harga diri, dan cinta, pertama-tama akan mencari makanan terlebih dahulu. Bagi
orang yang berada dalam keadaan lapar berat dan membahayakan, tak ada minat
lain kecuali makanan. Tidak diragukan lagi bahwa kebutuhan fisiologis ini
adalah kebutuhan yang paling kuat dan mendesak. Ini berarti bahwa pada diri
manusia yang sangat merasa kekurangan segala-galanya dalam kehidupannya, besar
sekali kemungkinan bahwa motivasi yang paling besar ialah kebutuhan fisiologis
dan bukan yang lain-lainnya. Dengan kata lain, seorang individu yang melarat
kehidupannya, mungkin sekali akan selalu termotivasi oleh kebutuhan-kebutuhan
ini
b) Kebutuhan
akan rasa aman
Setelah
kebutuhan dasariah terpuaskan, muncullah apa yang digambarkan Maslow sebagai
kebutuhan akan rasa aman atau keselamatan. Kebutuhan ini menampilkan diri dalam
kategori kebutuhan akan kemantapan, perlindungan, kebebasan dari rasa takut,
cemas dan kekalutan, kebutuhan akan struktur, ketertiban, hukum, batas-batas,
dan sebagainya. Kebutuhan ini dapat kita amati pada seorang anak. Biasanya
seorang anak membutuhkan suatu dunia atau lingkungan yang dapat diramalkan.
Seorang anak menyukai konsistensi dan kerutinan sampai batas-batas tertentu.
Jika hal-hal itu tidak ditemukan maka ia akan menjadi cemas dan merasa tidak
aman. Orang yang merasa tidak aman memiliki kebutuhan akan keteraturan dan
stabilitas serta akan berusaha keras menghindari hal-hal yang bersifat asing
dan tidak diharapkan. Untuk pribadi yang sehat, kebutuhan rasa aman tidak
berlebih-lebihan atau selalu mendesak. Kebanyakan diantara kita ini tidak
menyerah atau sama sekali tunduk kepada kebutuhan-kebutuhan rasa aman, tetapi
dalam pada itu juga kita merasa tidak puas kalau jaminan dan stabilitas sama
sekali tidak ada.
c) Kebutuhan
sosial
Setelah
terpuaskan kebutuhan akan rasa aman, maka kebutuhan sosial yang mencakup
kebutuhan akan rasa memiliki-dimiliki, saling percaya, cinta, dan kasih sayang
akan menjadi motivator penting bagi perilaku. Pada tingkat kebutuhan ini,belum
pernah sebelumnya, orang akan sangat merasakan tiadanya seorang sahabat,
kekasih, isteri, suami, atau anak-anak. Ia haus akan relasi yang penuh arti dan
penuh kasih dengan orang lain pada umumnya. Ia membutuhkan terutama tempat
(peranan) di tengah kelompok atau lingkungannya, dan akan berusaha keras untuk
mencapai dan mempertahankannya. Orang di posisi kebutuhan ini bahkan mungkin
telah lupa bahwa tatkala masih memuaskan kebutuhan akan makanan, ia pernah
meremehkan cinta sebagai hal yang tidak nyata, tidak perlu, dan tidak penting.
Sekarang ia akan sangat merasakan perihnya rasa kesepian itu, pengucilan
sosial, penolakan, tiadanya keramahan, dan keadaan yang tak menentu.
Maslow
percaya bahwa makin lama makin sulit memuaskan kebutuhan akan memiliki dan
cinta kerena mobilitas kita.begitu sering kita berganti rumah, tetangga, kota,
bahkan pathner, sehingga kita tidak dapat berakar. Kita tidak cukup lama berada
disuatu tempat untuk mengembangkan perasaan yang memiliki. Banyak orang dewasa
merasakan kesepian dan terisolasi, meskipum mereka hidup ditengah-tengah orang
banyak.
d) Kebutuhan
akan penghargaan
Maslow
membedakan kebutuhan ini menjadi kebutuhan akan penghargaan secara internal dan
eksternal. Yang pertama (internal) mencakup kebutuhan akan harga diri,
kepercayaan diri, kompetensi, penguasaan, kecukupan, prestasi,
ketidaktergantungan, dan kebebasan (kemerdekaan). Yang kedua (eksternal)
menyangkut penghargaan dari orang lain, prestise, pengakuan, penerimaan,
ketenaran, martabat, perhatian, kedudukan, apresiasi atau nama baik. Orang
yang memiliki cukup harga diri akan lebih percaya diri. Dengan demikian ia akan
lebih berpotensi dan produktif. Sebaliknya harga diri yang kurang akan
menyebabkan rasa rendah diri, rasa tidak berdaya, bahkan rasa putus asa serta
perilaku yang neurotik. Kebebasan atau kemerdekaan pada tingkat kebutuhan ini
adalah kebutuhan akan rasa ketidakterikatan oleh hal-hal yang menghambat
perwujudan diri. Kebutuhan ini tidak bisa ditukar dengan sebungkus nasi goreng
atau sejumlah uang karena kebutuhan akan hal-hal itu telah terpuaskan.
e) Kebutuhan
akan aktualisasi diri
Menurut
Maslow, setiap orang harus berkembang sepenuh kemampuannya. Kebutuhan manusia
untuk tumbuh berkembang, dan menggunakan kemampuannya disebut oleh Maslow
sebagai aktualisasi diri. Maslow juga menyebut aktualisasi diri sebagai hasrat
untuk makin menjadi diri sepenuh kemampuan sendiri, menjadi apa menurut
kemampuan yang dimiliki. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini biasanya muncul
setelah kebutuhan akan cinta dan akan penghargaan terpuaskan secara
memadai. Kebutuhan akan aktualisasi diri ini merupakan aspek terpenting
dalam teori motivasi Maslow. Dewasa ini bahkan sejumlah pemikir menjadikan
kebutuhan ini sebagai titik tolak prioritas untuk membina manusia
berkepribadian unggul. Belakangan ini muncul gagasan tentang perlunya jembatan
antara kemampuan majanerial secara ekonomis dengan kedalaman spiritual. Manajer
yang diharapkan adalah pemimpin yang handal tanpa melupakan sisi kerohanian.
Dalam
konteks ini, piramida kebutuhan Maslow yang berangkat dari titik tolak
kebutuhan fisiologis hingga aktualisasi diri diputarbalikkan. Dengan demikian
perilaku organisme yang diharapkan bukanlah perilaku yang rakus dan
terus-menerus mengejar pemuasan kebutuhan, melainkan perilaku yang lebih suka
memahami daripada dipahami, memberi daripada menerima.
KEPRIBADIAN yang
sehat menurut MASLOW
Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki
kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan
dirinya secara penuh (self actualizing person). Mengenai self-actualizing
person,atau orang yang sehat mentalnya, Maslow mengemukakan ciri-cirinya
sebagai berikut.
1) Mempersepsi kehidupan atau dunianya sebagaimana apa adanya, dan merasa nyaman
dalam menjalaninya
2) Menerima dirinya sendiri, orang laindan
lingkungannya.
3) Bersikap spontan, sederhana, alami, bersikap
jujr, tidak dibuat-buat dan terbuka.
4)
Mempunyai komitmen atau dedikasi untuk
memecahkan masalah di luar dirinya (yang dialami orang lain).
5) Bersikap mandiri atau independen.
6) Memiliki apresiasi yang segar terhadap
lingkungan di sekitarnya
7)
Mencapai puncak pengalaman, yaitu suatu keadaan dimana seseorang mengalami
kegembiraan yang luar biasa. Pengalaman ini cenderung lebih bersifat mistik
atau keagamaan
8)
Memiliki minat social, simpati, empati
dan altruis
Pandangan maslow tentang hakikat manusia yaitu
manusia bersifat optimistik, bebas berkehendak, sadar dalam memilih, unik,
dapat mengatasi pengalaman masa kecil, dan baik. Menurut dia kepribadian itu
dipengaruhi oleh hereditas dan lingkungan. Dalam kaitannya dengan peran
lingkungan, khususnya di sekolah dalam mengembangkan self-actualization, Maslow
mengemukakan beberapa upaya yang sebaiknya membantu siswa menemukan
identitasnya (jati dirinya) sendiri. Diantaranya:
1) Membantu siswa
untuk mengeksplorasi pekerjaan
2) Membantu siswa
untuk memehami keterbatasan (nasib) dirinya
3) Membantu siswa
untuk memperoleh pemahaman tentang nilai nilai
4) Membantu siswa agar
memahami bahwa hidup ini berharga
Perbedaan “meta
needs” dengan “deficiency needs”
Meta needs : Kebutuhan orang untuk menjadi yang seharusnya
sesuai dengan potensinya. Kebutuhan kreatif, realisasi diri, perkembangan self.
Deficiency needs : kebutuhan dasar dari manusia
Ciri-ciri actualized people
- Spontanitas,
kesederhanaan, kewajaran
- Berfokus pada
masalah.
- Kebutuhan akan
privasi dan independensi
- Berfungsi
secara otonom
- Apresiasi yang
senantiasa segar
- Memiliki
pengalaman mistik/ spiritual yangmendalam
- Perasaan
empati dan afeksi yang kuat terhadapsesama manusia.
- Perasaan
empati dan afeksi yangkuat terhadap sesama manusia.
- Hubungan antar
pribadi.
- Struktur watak
demokratis.
- Membedakan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk.
- Kreativitas.
- Resistensi terhadap inkulturasi
Sumber :
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan: Model –
model kepribadian yang sehat.
Yogyakarta: Penerbit Kanisius.