A. Arti Penting
Stres
Stress menurut Hans Selye 1976
merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan
atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress
apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut
tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon
dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat
mengalami stress. Respon atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan
psikologis.
B. Tipe –
Tipe Stres Psikologi
Menurut Maramis (1990) ada empat tipe
stres psikologis, yaitu :
1. Frustasi
Frustasi muncul karena adanya
kegagalan saat ingin mencapai suatu hal / tujuan. Frustasi ada yang bersifat
instrinsik (cacat badan dan kegagalan usaha) dan ekstrinsik (kecelakaan,
bencana alam, kematian orang yang dicintai, krisis ekonomi, pengangguran,
perselingkuhan, dan lain – lain).
2. Konflik
Konflik ditimbulkan karena ketidak
mampuan memilih atau lebih macam keinginan, kebutuhan, atau tujuan. Bentuk
konflik digolongkan menjadi tiga bagian approach –approach
conflict, approach – avoidant
conflict, avoidant – avoidant conflict.
3. Tekanan
Tekanan timbul dari tuntutan sehari –
hari. Tekanan dapat berasal dari dalam diri individu dan tekanan juga berasal
dari luar diri individu.
4. Kecemasan
Kecemasan merupakan suatu kondisi
ketika individu merasakan kekhawatiran / kegelisahan, ketegangan, dan rasa
tidak nyaman yang tidak terkendali mengenai kemungkinan akan terjadinya sesuatu
yang buruk.
C. Symptom –
symptom Reducing Responses terhadap Stres
Setiap individu memiliki mekanisme
pertahanan diri masing-masing dengan keunikannya masing-masing untuk mengurangi
gejala-gejala stress yang ada. Berikut mekanisme pertahana diri (defense
mechanism) yang biasa digunakan individu untuk dijadiakan strategi saat
menghadapi stress :
1. Identifikasi
Identifikasi adalah suatu cara yang
digunakan individu untuk menghadapi orang lain dngan membuatnya menjadi
kepribadiannya, ia ingin serupa dan bersifat sama seperti orang lain tersebut.
Misalnya seorang mahasiswa yang menganggap dosen pembimbingnya memiiliki
kepribadian yang menyenangkan, cara bicara yang ramah, dan sebagainya. Maka
mahasiswa tersebut akan meniru dan berperilaku seperti dosennya.
2. Kompensasi
Seorang individu tidak memperoleh
kepuasan di bidang tertentu, tetapi mendapatkan kepuasan di bidang lain.
Misalnya Andi memiliki nilai yang buruk dalam bidang Matematika, namun prestasi
olah raga yang ia miliki sangatlah memuaskan.
3. Overcompensation / Reaction
Formation
Perilaku individu yang gagal mencapai
tujuan dan orang tersebut tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan cara
melupakan serta melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan
tujuan pertama. Misalnya seorang anak yang ditegur gurunya karena mengobrol
saat upacara, bereaksi dengan menjadi sangat tertib saat melaksanakan upacara
dan menghiraukan ajakan teman untuk mengobrol.
4. Sublimasi
Sublimasi adalah suatu mekanisme sejenis
yang memegang peranan positif dalam menyelesaikan suatu konflik dengan
pengembangan kegiatan yang konstruktif. Penggantian objek dalam bentuk-bentuk
yang dapat diterima oleh masyarakat dan derajatnya lebih tinggi. Misalnya sifat
agresifitas yang disalurkan menjadi petinju atau tukang potong hewan.
5. Proyeksi
Proyeksi adalah mekanisme perilaku
dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau
melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain. Mutu proyeksi lebih rendah
daripada rasionalisasi. Contohnya seorang anak tidak menyukai temannya, namun
ia berkata temannyalah yang tidak menyukainya.
6. Introyeksi
Introyeksi adalah memasukan dalam
pribadi dirinya sifat-sifat pribadi orang lain. Misalnya seoarang wanita mencintai
seorang pria, lalu ia memasukan pribadi pria tersebut ke dalam pribadinya.
7. Reaksi
Konversi
Secara singkat mengalihkan konflik ke
alat tubuh atau mengembangkan gejala fisik. Misalkan belum belajar saat
menjelang bel masuk ujian, seorang anak wajahnya menjadi pucat dan berkeringat.
8. Represi
Represi adalah konflik pikiran,
impuls-impuls yang tidak dapat diterima dengan paksaan ditekan ke dalam alam
tidak sadar dan dengan sengaja melupakan. Misalnya seorang karyawan yang dengan
sengaja melupakan kejadian saat ia dimarahi oleh bosnya tadi siang.
9. Supresi
Supresi yaitu menekan konflik, impuls
yang tidak dapat diterima secara sadar. Individu tidak mau memikirkan hal-hal
yang kurang menyenangkan dirinya. Misalnya dengan berkata “Sebaiknya kita tidak
membicarakan hal itu lagi.”
10. Denial
Denial adalah mekanisme perilaku
penolakan terhadap sesuatu yang tidak menyenangkan. Misalnya seorang penderita
diabetes memakan semua makanan yang menjadi pantangannya.
11. Regresi
Regresi adalah mekanisme perilaku
seseorang yang apabila menghadapi konflik frustasi, ia menarik diri dari
pergaulan dengan lingkunganya. Misalnya artis yang sedang digosipkan
berselingkuh, karena malu maka ia menarik diri dari perkumpulannya.
12. Fantasi
Fantasi adalah apabila seseorang
menghadapi konflik-frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal/berfntasi,
misalnya dengan lamunan. Contoh seorang pria yang tidak memiliki keberanian
untuk menyatakan rasa cintanya melamunkan berbagai fantasi dirinya dengan orang
yang ia cintai.
13. Negativisme
Negativisme Adalah perilaku
seseorang yang selalu bertentangan/menentang otoritas orang lain dengan
perilaku tidak terpuji. Misalkan seorang anak yang menolak perintah gurunya
dengan bolos sekolah.
14. Sikap Mengkritik Orang
Lain
Bentuk pertahanan diri untuk menyerang
orang lain dengan kritikan-kritikan. Perilaku ini termasuk perilaku agresif
yang aktif (terbuka). Misalkan seorang karyawan yang berusaha menjatuhkan
karyawan lain dengan adu argument saat rapat berlangsung.
D. Pendekatan –
pendekatan Problem Solving terhadap Stres
Dukungan sosial sebagai ‘kognisi’ atau
‘fakta sosial’ : “Dukungan sosial terdiri dari informasi atau nasehat verbal
dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban
sosial atau didapat karena kehadiran mereka dan mempunyai manfaat emosional
atau efek perilaku bagi pihak penerimaan”(Gottlieb, 1983).
Jenis dukungan sosial :
a. Dukungan
Emosional
b. Dukungan
Penghargaan
c. Dukungan
Instrumental
d. Dukungan
Informatif
Sumber :
Semium, Yustinus. 2006. Kesehatan
Mental 1. Kanisius : Jakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar