Senin, 11 Januari 2016

Review Jurnal Kepuasan Kerja

Judul                           : Hubungan Kepuasan Kerja, Motivasi dan Komitmen Normatif 

Dengan Kinerja Guru Smpn 1 Rantau Selatan-Labuhan Batu

Penulis Jurnal              : Rosita Bestiana
Volume                       : 9
No                              : 2
Tahun                         : Desember, 2012
Halaman                      : 187-200














PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Hal serupa juga terjadi di SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu kenyataan yang terlihat di lapangan melalui studi pendahuluan bulan Februari yang lalu menunjukkan masih adanya guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik layaknya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Masih ditemukan beberapa guru terlambat masuk ke dalam kelas, meninggalkan tugas pada jam pembelajaran, belum memilih program pembelajaran yang mengacu kepada kompetensi, serta belum mampu membuat media pembelajaran yang sesuai untuk menarik perhatian siswa dalam menerima pembelajaran, kurang visioner dan kurang kreatif. Sehingga minat siswa untuk menerima pembelajaran cenderung kurang semangat, membuat banyaknya siswa yang jarang masuk kedalam kelas setiap harinya.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kinerja guru masih rendah. Oleh sebab itu permasalahan ini tidak perlu dibiarkan berlarut-larut agar masalah pendidikan dapat teratasi sehingga kualitas pendidikan di Indonesia akan beranjak kearah yang lebih baik sehingga mampu bersaing di tingkat internasional. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar untuk memperbaiki kualitas kinerja guru.
Menurut Gibson, Ivan cevich dan Donnelly (1997:118), Kinerja adalah tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah di tetapkan”. Hal ini mengandung makna kinerja akan baik jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Menurut Amstrong dan Baron (1998:16) ada lima faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu: (1). Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. (2). Leadership fators, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. (3). Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. (4). System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. (5). Contextual /situasional faktors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal dan eksternal.
Selanjutnya Atkinson (dalam Wibowo, 2007:99) mengindikasikan bahwa kinerja merupakan fungsi motivasi dan kemampuan. Dengan demikian, model persamaan kinerja = f (motivasi, kemampuan). Dari itu dapat dikatakan bawah motivasi akan dapat mempengaruhi kinerja seseorang.
Jika dugaan ini teruji maka konsep tentang hubungan keempat variabel kinerja, kepuasan kerja, motivasi dan komitmen organisasi dapat digunakan untuk menjelaskan dan menemukan alternative terhadap pemecahan masalah kinerja guru di SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja, motivasi dan komitmen normatif dengan kinerja guru SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu.

C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui hubungan antara kepuasan kerja, motivasi dan komitmen normatif dengan kinerja guru SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu.

D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah untuk menunjukan bahwa kepuasan kerja guru, motivasi kerja dan komitmen normatif dapat dijadikan sebagai faktor dalam menentukan kinerja guru di SMPN 1 Rantau selatan Kab. Labuhan Batu.







BAB II
KAJIAN PUSTAKA

Gorton  (1996:84)  mengemukakan ”Sekolah adalah suatu sistem organisasi, dimana terdapat sejumlah orang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan sekolah, yang dikenal sebagai tujuan instruksional”. Orang-orang yang bekerjasama itu diantaranya adalah guru. Guru sebagai salah satu faktor yang mempunyai peranan penting dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar  yang  sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam upaya pendidikan sehari-hari di sekolah, dengan demikian  kemampuan guru sangat menentukan  berhasil tidaknya  proses belajar mengajar.

Menurut Adler (1982:87) ”Guru merupakan  manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan pendidikan”. Sementara Griffin dalam  Bafadal (2006:4) mengemukakan dalam latar pembelajaran  di sekolah bahwa peningkatan mutu pendidikan sangat tergantung kepada tingkat kinerja guru. Jadi, diantara keseluruhan komponen  pada sistem pembelajaran di sekolah komponen yang paling esensial menentukan kualitas pembelajaran adalah guru. Ini berarti dalam melaksanakan tugasnya sehari-hari ia harus berusaha untuk menolong anak dalam mencapai tingkat kedewasaan dan tetap berpegang teguh kepada azas pendidikan agar pendidikan kita semakin lebih baik.

Namun dalam kenyataannya bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih bermasalah. Betapapun pemerintah telah berupaya meningkatkan mutu pendidikan melalui pemberian pelatihan kepada guru-guru, peningkatan penghasilan, pengadaan sarana dan prasarananapun belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan.

Fenomena ini menunjukkan bahwa kinerja guru masih rendah. Oleh sebab itu permasalahan ini tidak perlu dibiarkan berlarut-larut agar masalah pendidikan dapat teratasi sehingga kualitas pendidikan di Indonesia akan beranjak kearah yang lebih baik sehingga mampu bersaing di tingkat internasional. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar untuk memperbaiki kualitas kinerja guru.

Menurut Amstrong dan Baron (1998:16) ada lima faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu: (1). Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. (2). Leadership fators, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team leader. (3). Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. (4). System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. (5). Contextual /situasionalfaktors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan  internal dan eksternal. Selanjutnya Atkinson (dalam Wibowo, 2007:99) mengindikasikan bahwa kinerja merupakan fungsi motivasi dan kemampuan. Dengan demikian, model persamaan kinerja = f (motivasi, kemampuan).

Dari  itu dapat dikatakan bahwa  motivasi akan dapat mempengaruhi kinerja seseorang. Jika dugaan ini teruji maka konsep tentang hubungan keempat variabel kinerja, kepuasan kerja, motivasi dan komitmen organisasi dapat digunakan untuk menjelaskan dan menemukan alternatif terhadap pemecahan masalah kinerja guru di SMP Negeri 1 Rantau Selatan  Kabupaten Labuhan Batu.










BAB III
METODOLOGI


A.    Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metodelogi kuantitatif dengan pendekatan statistika inferensi.

B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh guru SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu, yang berjumlah 60 orang.

C.  Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah angket. Sebelum angket digunakan terlebih dahulu dilakukan ujicoba instrumen, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Cara yang dilakukan yaitu dengan memberikan angket kepada guru yang terpilih sebagai responden uji coba sebanyak 32 guru diluar sampel.

E. Analisis Data
Model analisis data yang digunakan adalah sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Untuk menguji hipotesis digunakan analisis korelasi
dan keberartiannya diuji dengan  uji-t. Korelasi ganda diuji dengan analisis regresi ganda.




Pendapat kelompok kami mengenai jurnal ini cukup baik namun untuk selanjutnya sebaiknya digunakan faktor-faktor lain untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, motivasi kerja dan komitmen normatif.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar