Judul :
Hubungan Kepuasan Kerja, Motivasi dan Komitmen Normatif
Dengan Kinerja
Guru Smpn 1 Rantau Selatan-Labuhan Batu
Penulis Jurnal : Rosita Bestiana
Volume : 9
No : 2
Tahun : Desember, 2012
Halaman : 187-200
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Hal
serupa juga terjadi di SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu
kenyataan yang terlihat di lapangan melalui studi pendahuluan bulan Februari
yang lalu menunjukkan masih adanya guru belum melaksanakan tugasnya dengan baik
layaknya sebagai seorang pengajar dan pendidik. Masih ditemukan beberapa guru
terlambat masuk ke dalam kelas, meninggalkan tugas pada jam pembelajaran, belum
memilih program pembelajaran yang mengacu kepada kompetensi, serta belum mampu
membuat media pembelajaran yang sesuai untuk menarik perhatian siswa dalam
menerima pembelajaran, kurang visioner dan kurang kreatif. Sehingga minat siswa
untuk menerima pembelajaran cenderung kurang semangat, membuat banyaknya siswa
yang jarang masuk kedalam kelas setiap harinya.
Fenomena
ini menunjukkan bahwa kinerja guru masih rendah. Oleh sebab itu permasalahan
ini tidak perlu dibiarkan berlarut-larut agar masalah pendidikan dapat teratasi
sehingga kualitas pendidikan di Indonesia akan beranjak kearah yang lebih baik
sehingga mampu bersaing di tingkat internasional. Oleh karena itu perlu dicari
jalan keluar untuk memperbaiki kualitas kinerja guru.
Menurut
Gibson, Ivan cevich dan Donnelly (1997:118), Kinerja adalah tingkat
keberhasilan dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan”. Hal ini mengandung makna kinerja akan baik jika tujuan yang
diinginkan dapat tercapai dengan baik.
Menurut
Amstrong dan Baron (1998:16) ada lima faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu:
(1). Personal factors, ditunjukkan oleh tingkat keterampilan, kompetensi yang
dimiliki, motivasi, dan komitmen individu. (2). Leadership fators, ditentukan
oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan yang dilakukan manajer dan team
leader. (3). Team factors, ditunjukkan oleh kualitas dukungan yang diberikan
oleh rekan sekerja. (4). System factors, ditunjukkan oleh adanya sistem kerja
dan fasilitas yang diberikan organisasi. (5). Contextual /situasional faktors,
ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan internal
dan eksternal.
Selanjutnya
Atkinson (dalam Wibowo, 2007:99) mengindikasikan bahwa kinerja merupakan fungsi
motivasi dan kemampuan. Dengan demikian, model persamaan kinerja = f (motivasi,
kemampuan). Dari itu dapat dikatakan bawah motivasi akan dapat mempengaruhi
kinerja seseorang.
Jika
dugaan ini teruji maka konsep tentang hubungan keempat variabel kinerja,
kepuasan kerja, motivasi dan komitmen organisasi dapat digunakan untuk
menjelaskan dan menemukan alternative terhadap pemecahan masalah kinerja guru
di SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kepuasan kerja, motivasi
dan komitmen normatif dengan kinerja guru SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten
Labuhan Batu.
C. Tujuan
Penelitian
Tujuan penelitian
ini adalah untuk mendeskripsikan dan mengetahui hubungan antara kepuasan kerja,
motivasi dan komitmen normatif dengan kinerja guru SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten
Labuhan Batu.
D. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian
ini adalah untuk menunjukan bahwa kepuasan kerja guru, motivasi kerja dan
komitmen normatif dapat dijadikan sebagai faktor dalam menentukan kinerja guru
di SMPN 1 Rantau selatan Kab. Labuhan Batu.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Gorton (1996:84) mengemukakan ”Sekolah adalah suatu sistem
organisasi, dimana terdapat sejumlah orang bekerja sama dalam rangka mencapai tujuan
sekolah, yang dikenal sebagai tujuan instruksional”. Orang-orang yang
bekerjasama itu diantaranya adalah guru. Guru sebagai salah satu faktor yang
mempunyai peranan penting dalam pencapaian keberhasilan proses belajar mengajar
yang sangat dekat hubungannya dengan anak didik dalam
upaya pendidikan sehari-hari di sekolah, dengan demikian kemampuan guru sangat menentukan berhasil tidaknya proses belajar mengajar.
Menurut Adler (1982:87) ”Guru merupakan manusiawi yang sangat menentukan keberhasilan
pendidikan”. Sementara Griffin dalam Bafadal
(2006:4) mengemukakan dalam latar pembelajaran di sekolah bahwa peningkatan mutu pendidikan sangat
tergantung kepada tingkat kinerja guru. Jadi, diantara keseluruhan komponen pada sistem pembelajaran di sekolah komponen
yang paling esensial menentukan kualitas pembelajaran adalah guru. Ini berarti dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari ia harus berusaha untuk menolong anak dalam mencapai
tingkat kedewasaan dan tetap berpegang teguh kepada azas pendidikan agar
pendidikan kita semakin lebih baik.
Namun dalam kenyataannya bahwa kualitas pendidikan
di Indonesia masih bermasalah. Betapapun pemerintah telah berupaya meningkatkan
mutu pendidikan melalui pemberian pelatihan kepada guru-guru, peningkatan penghasilan,
pengadaan sarana dan prasarananapun belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap
peningkatan mutu pendidikan.
Fenomena ini menunjukkan bahwa kinerja guru
masih rendah. Oleh sebab itu permasalahan ini tidak perlu dibiarkan berlarut-larut
agar masalah pendidikan dapat teratasi sehingga kualitas pendidikan di
Indonesia akan beranjak kearah yang lebih baik sehingga mampu bersaing di
tingkat internasional. Oleh karena itu perlu dicari jalan keluar untuk memperbaiki
kualitas kinerja guru.
Menurut Amstrong dan Baron (1998:16) ada lima
faktor yang memengaruhi kinerja, yaitu: (1). Personal factors, ditunjukkan oleh
tingkat keterampilan, kompetensi yang dimiliki, motivasi, dan komitmen individu.
(2). Leadership fators, ditentukan oleh kualitas dorongan, bimbingan, dan dukungan
yang dilakukan manajer dan team leader. (3). Team factors, ditunjukkan oleh kualitas
dukungan yang diberikan oleh rekan sekerja. (4). System factors, ditunjukkan oleh
adanya sistem kerja dan fasilitas yang diberikan organisasi. (5). Contextual
/situasionalfaktors, ditunjukkan oleh tingginya tingkat tekanan dan perubahan lingkungan
internal dan eksternal. Selanjutnya
Atkinson (dalam Wibowo, 2007:99) mengindikasikan bahwa kinerja merupakan fungsi
motivasi dan kemampuan. Dengan demikian, model persamaan kinerja = f (motivasi,
kemampuan).
Dari itu
dapat dikatakan bahwa motivasi akan dapat
mempengaruhi kinerja seseorang. Jika dugaan ini teruji maka konsep tentang hubungan
keempat variabel kinerja, kepuasan kerja, motivasi dan komitmen organisasi dapat
digunakan untuk menjelaskan dan menemukan alternatif terhadap pemecahan masalah
kinerja guru di SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu.
BAB III
METODOLOGI
A.
Pendekatan
Penelitian
Pada penelitian ini,
peneliti menggunakan metodelogi kuantitatif dengan pendekatan statistika
inferensi.
B. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian
ini adalah seluruh guru SMP Negeri 1 Rantau Selatan Kabupaten Labuhan Batu,
yang berjumlah 60 orang.
C. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah angket. Sebelum angket digunakan terlebih dahulu dilakukan
ujicoba instrumen, untuk mengetahui validitas dan reliabilitas instrumen. Cara yang
dilakukan yaitu dengan memberikan angket kepada guru yang terpilih
sebagai responden uji coba sebanyak 32 guru diluar
sampel.
E. Analisis Data
Model
analisis data yang digunakan adalah sebelum pengujian hipotesis
terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat analisis. Untuk menguji hipotesis
digunakan analisis korelasi
dan
keberartiannya diuji dengan uji-t.
Korelasi ganda diuji dengan analisis regresi ganda.
Pendapat
kelompok kami mengenai jurnal ini cukup baik namun untuk selanjutnya sebaiknya
digunakan faktor-faktor lain untuk meningkatkan kepuasan kerja guru, motivasi
kerja dan komitmen normatif.