Pada kesempatan kali ini saya
akan menganalisis film yang bertemakan 'Kepemimpinan' yang berjudul 'Soekarno'.
Film ini di sutradarai oleh Hanung Bramantyo, film Soekarno ini mengisahkan
bagaimana perjuangan presiden pertama Republik Indonesia dalam memperjuangkan
kemerdekaan RI pada tahun 1945. Berikut sedikit review dari film 'Soekarno'.
Soekarno dulunya bernama Kusno.
Tubuhnya kurus dan sering sakit-sakitan. Oleh bapaknya Nama Kusno diganti
dengan Sukarno. Besar harapan anak kurus itu menjelma menjadi ksatria layaknya
Adipati Karno. Harapan bapaknya terpenuhi, umur 24 tahun Sukarno berhasil
mengguncang podium, berteriak: Kita Harus Merdeka Sekarang!!! Akibatnya dia
harus dipenjara. Dituduh menghasut dan memberontak seperti Komunis. Tapi keberanian
Sukarno tidak pernah padam. Dia makin menggugat. Pledoinya yang sangat terkenal
Indonesia menggugat menghantarkan dia dibuang ke Ende, lalu Bengkulu.
Di kota itu Sukarno istirahat sejenak
dari politik. Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal saat
itu Sukarno masih menjadi suami Inggit Garnasih. Perempuan lebih tua dari
Sukarno, yang selalu menjadi perisai baginya tatkala di penjara dan dibuang.
Inggit ikhlas melihat sang suami tercinta jatuh cinta dengan gadis lain.
Ditengah kemelut rumah tangganya, Jepang datang memulai peperangan Asia Timur
Raya. Semangat politiknya kembali tinggi. Belanda takluk oleh Jepang. Sesuatu
yang dulu dianggap raksasa bagi Sukarno, kini lenyap. Kemerdekaan Indonesia
seolah diambang mata.
Sementara itu Hatta dan Sjahrir,
rival politik Sukarno di masa muda mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah
bengisnya dengan Belanda. Tapi Sukarno punya sudut pandang berbeda.
‘Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang
untuk upaya meraih kemerdekaan Indonesia’ kata Sukarno. Hatta terpengaruh. Tapi
Sjahrir tidak. Bekerjasama dengan Jepang sama saja memposisikan Indonesia
menjadi bagian dari Fasisme, musuh Amerika-Inggris-Australia. Sukarno tidak
peduli. Dia yakin dengan pilihannya: bekerjasama dengan Jepang untuk Indonesia
Merdeka. Bersama Hatta, Sukarno berupaya mewujudkan cita-citanya mewujudkan
Indonesia Merdeka. Anak-anak muda pengikut Sjahrir mencemooh Sukarno-Hatta
sebagai kolaborator, menjual bangsa sendiri ke tangan Fasis. Tapi Sukarno punya
pandangan berbeda.
Kita semua tahu bahwa pada akhirnya
Kemerdekaan Indonesia terwujud pada tanggal 17 agustus 1945. Tapi apakah itu
kemerdekaan yang diharapkan? Jangan-jangan Kemerdekaan itu semata-mata hadiah
dari Jepang? Jangan-jangan apa yang kita peringati setiap tahun itu hanyalah
upah bagi Sukarno karena telah bekerja untuk Jepang? Bagaimanakah cara Sukarno
mewujudkan kemerdekaan itu? Berapa nyawa yang dikorbankan?
Diatas kereta kuda, haji Cokroaminoto
berwejang kepada Sukarno muda: ‘Manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tapi
jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu’
Kalimat itu selalu dipegang Sukarno untuk mewujudkan
mimpinya.. Indonesia Merdeka!.
Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan (Leadership) Menurut Para Ahli:
Ordway Tead (1935): Kepemimpinan adalah aktivitas
mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan
yang mereka inginkan.
Harold Koontz & Cyrill O’Donnellc (1976):
Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan
pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan.
Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982):
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam
usaha mencapai tujuan dalam situasi tertentu.
Gary Yukl : Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan
bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif dan proses
memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.
Salah satu tugas utama dari seorang
pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan-keputusan yg dilakukan para
pemimpin seringkali sangat berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas
bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil
keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas
pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih
efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat
keputusan dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan
dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi
stress, dan meningkatkan produktivitas.
Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai
berikut :
AI (Autocratic) : Pemimpin memecahkan masalah atau
membuat keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada.
AII (Autocratic) : Pemimpin memperoleh informasi
yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral
CI (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan
dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara
unilateral.
CII (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan
dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat
keputusan secara unilateral.
GII (Group Decision) : Pemimpin membagi permasalahan
dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui
diskusi terhadap konsensus.
Analisis Film
Sesuai dengan definisi kepemimpinan
yang di kemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982) yaitu,
kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam
usaha mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Tokoh Soekarno juga merupakan
pemimpin yang tegas dan dapat mempengaruhi rakyat-rakyat nya melalui pidato
yang ia kemukakan pada saat itu, sampai dapat mencapai kemerdekaan RI pada
tahun 1945.
Sesuai dengan Normative Theory dari
Vroom dan Yetton, Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara
unilateral, menggunakan informasi yang ada, serta pemimpin membagi permasalahan
dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat
keputusan secara unilateral. Soekarno dalam mengambil keputusan juga tidak
luput dari dukungan para dewan yang turut berperan serta dalam mewujudkan
kemerdekaan RI, namun Soekarno tetap sebagai kunci dalam mengambil keputusan.
Sumber:
Wahjosumidjo. 1993. Kepemimpinan dan Motivasi.
Jakarta: Ghalia Indonesia
Sastrodiningrat. 1999. Kapita Selekta Manajemen dan
Kepemimpinan. Yogyakarta: IND-HILL-CO
Jurnal Kepemimpinan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar