Selasa, 10 November 2015

Analisis Film Kepemimpinan



   Pada kesempatan kali ini saya akan menganalisis film yang bertemakan 'Kepemimpinan' yang berjudul 'Soekarno'. Film ini di sutradarai oleh Hanung Bramantyo, film Soekarno ini mengisahkan bagaimana perjuangan presiden pertama Republik Indonesia dalam memperjuangkan kemerdekaan RI pada tahun 1945. Berikut sedikit review dari film 'Soekarno'.

     Soekarno dulunya bernama Kusno. Tubuhnya kurus dan sering sakit-sakitan. Oleh bapaknya Nama Kusno diganti dengan Sukarno. Besar harapan anak kurus itu menjelma menjadi ksatria layaknya Adipati Karno. Harapan bapaknya terpenuhi, umur 24 tahun Sukarno berhasil mengguncang podium, berteriak: Kita Harus Merdeka Sekarang!!! Akibatnya dia harus dipenjara. Dituduh menghasut dan memberontak seperti Komunis. Tapi keberanian Sukarno tidak pernah padam. Dia makin menggugat. Pledoinya yang sangat terkenal Indonesia menggugat menghantarkan dia dibuang ke Ende, lalu Bengkulu.
    Di kota itu Sukarno istirahat sejenak dari politik. Hatinya tertambat pada gadis muda bernama Fatmawati. Padahal saat itu Sukarno masih menjadi suami Inggit Garnasih. Perempuan lebih tua dari Sukarno, yang selalu menjadi perisai baginya tatkala di penjara dan dibuang. Inggit ikhlas melihat sang suami tercinta jatuh cinta dengan gadis lain. Ditengah kemelut rumah tangganya, Jepang datang memulai peperangan Asia Timur Raya. Semangat politiknya kembali tinggi. Belanda takluk oleh Jepang. Sesuatu yang dulu dianggap raksasa bagi Sukarno, kini lenyap. Kemerdekaan Indonesia seolah diambang mata.
     Sementara itu Hatta dan Sjahrir, rival politik Sukarno di masa muda mengingatkan bahwa Jepang tidak kalah bengisnya dengan Belanda. Tapi Sukarno punya sudut pandang berbeda.
‘Jika kita cerdik, kita bisa memanfaatkan Jepang untuk upaya meraih kemerdekaan Indonesia’ kata Sukarno. Hatta terpengaruh. Tapi Sjahrir tidak. Bekerjasama dengan Jepang sama saja memposisikan Indonesia menjadi bagian dari Fasisme, musuh Amerika-Inggris-Australia. Sukarno tidak peduli. Dia yakin dengan pilihannya: bekerjasama dengan Jepang untuk Indonesia Merdeka. Bersama Hatta, Sukarno berupaya mewujudkan cita-citanya mewujudkan Indonesia Merdeka. Anak-anak muda pengikut Sjahrir mencemooh Sukarno-Hatta sebagai kolaborator, menjual bangsa sendiri ke tangan Fasis. Tapi Sukarno punya pandangan berbeda.
      Kita semua tahu bahwa pada akhirnya Kemerdekaan Indonesia terwujud pada tanggal 17 agustus 1945. Tapi apakah itu kemerdekaan yang diharapkan? Jangan-jangan Kemerdekaan itu semata-mata hadiah dari Jepang? Jangan-jangan apa yang kita peringati setiap tahun itu hanyalah upah bagi Sukarno karena telah bekerja untuk Jepang? Bagaimanakah cara Sukarno mewujudkan kemerdekaan itu? Berapa nyawa yang dikorbankan?
    Diatas kereta kuda, haji Cokroaminoto berwejang kepada Sukarno muda: ‘Manusia itu sama misteriusnya dengan alam, tapi jika kau bisa menggenggam hatinya, mereka akan mengikutimu’
Kalimat itu selalu dipegang Sukarno untuk mewujudkan mimpinya.. Indonesia Merdeka!.



Teori Kepemimpinan

Kepemimpinan (Leadership) Menurut Para Ahli:

Ordway Tead (1935): Kepemimpinan adalah aktivitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa tujuan yang mereka inginkan.

Harold Koontz & Cyrill O’Donnellc (1976): Kepemimpinan adalah seni membujuk bawahan untuk menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan mereka dengan semangat keyakinan.

Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982): Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha mencapai tujuan dalam situasi tertentu.

Gary Yukl : Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dikerjakan dan bagaimana tugas itu dapat dilakukan secara efektif dan proses  memfasilitasi usaha individu dan kelompok untuk mencapai tujuan bersama.


    Salah satu tugas utama dari seorang pemimpin adalah membuat keputusan. Karena keputusan-keputusan yg dilakukan para pemimpin seringkali sangat berdampak kepada para bawahan mereka, maka jelas bahwa komponen utama dari efektifitas pemimpin adalah kemampuan mengambil keputusan yang sangat menentukan keberhasilan melaksanakan tugas-tugas pentingnya. Pemimpin yang mampu membuat keputusan dengan baik akan lebih efektif dalam jangka panjang dibanding dengan mereka yg tidak mampu membuat keputusan dengan baik. Sebagaimana telah kita pahami bahwa partisipasi bawahan dalam pengambilan keputusan dapat meningkatkan kepuasan kerja, mengurangi stress, dan meningkatkan produktivitas.

Normative Theory dari Vroom and Yetton sebagai berikut :
AI (Autocratic) : Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada.
AII (Autocratic) : Pemimpin memperoleh informasi yang dibutuhkan dari bawahan namun setelah membuat keputusan unilateral
CI (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara perorangan, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
CII (Consultative) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral.
GII (Group Decision) : Pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat; Keputusan diperoleh melalui diskusi terhadap konsensus.


Analisis Film

     Sesuai dengan definisi kepemimpinan yang di kemukakan oleh Paul Hersey dan Kenneth H. Blanchard (1982) yaitu, kepemimpinan adalah proses mempengaruhi kegiatan individu atau kelompok dalam usaha mencapai tujuan dalam situasi tertentu. Tokoh Soekarno juga merupakan pemimpin yang tegas dan dapat mempengaruhi rakyat-rakyat nya melalui pidato yang ia kemukakan pada saat itu, sampai dapat mencapai kemerdekaan RI pada tahun 1945.
       Sesuai dengan Normative Theory dari Vroom dan Yetton, Pemimpin memecahkan masalah atau membuat keputusan secara unilateral, menggunakan informasi yang ada, serta pemimpin membagi permasalahan dengan bawahannya secara berkelompok dalam rapat, namun setelah itu membuat keputusan secara unilateral. Soekarno dalam mengambil keputusan juga tidak luput dari dukungan para dewan yang turut berperan serta dalam mewujudkan kemerdekaan RI, namun Soekarno tetap sebagai kunci dalam mengambil keputusan.








Sumber:
Wahjosumidjo. 1993. Kepemimpinan dan Motivasi. Jakarta: Ghalia Indonesia
Sastrodiningrat. 1999. Kapita Selekta Manajemen dan Kepemimpinan. Yogyakarta: IND-HILL-CO

Jurnal Kepemimpinan
    


Tidak ada komentar:

Posting Komentar