Sabtu, 02 Juli 2016

Teori Terapi Humanistik


Istilah psikologi humanistik (Humanistic Psychology) diperkenalkan oleh sekelompok ahli psikologi yang pada awal tahun 1960-an bekerja sama di bawah kepemimpinan Abraham Maslow dalam mencari alternatif dari dua teori yang sangat berpengaruh atas pemikiran intelektual dalam psikologi. Kedua teori yang dimaksud adalah psikoanalisis dan behaviorisme. Maslow menyebut psikologi humanistik sebagai “kekuatan ketiga” (a third force).
Terapi eksistensial berpacu pada bahwa manusia tidak bisa lepas dari kebebasan dan bahwa kebebasan dan tanggung jawab berkaitan. Dalam penerapan-penerapan eksistensial humanistik mengutamakan pada filosofis yang melandasi terapi. Pendekatan atau teori eksistensial humanistik yang menyajikan suatu landasan filosofis bagi orang berhubungan dengan sesame, kebutuhan yang unik dan menjadi tujuan konselingnya.
Konsep utama dari terapi humanistik eksistensial itu ada tiga hal yang pertama kesadaran diri yang dimana manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan, semakin kuat kesadaran diri seseorang, maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu, kesadaran untuk memilih alternative-alternatif itu memutuskan secara bebas dalam batasannya, kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab, manusia bertanggung jawab atas keberadaannya dan nasibnya. Yang kedua ada kebebasan, tanggung jawab dan kecemasan yang dimana kesadran atas kebebasan dan tanggung jawab bisa menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Lalu ada penciptaan makna yang diartikan manusia itu unik yang dalam arti bahwa ia berusaha untuk menentukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan.manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesame dalam suatu cara yang bermakna, karena manusia adalah makhluk rasional.
Contoh kasus :
Klien bernama Leon seorang mahasiswa, mungkin melihat dirinya sebagai dokter masa depan, tetapi nilainya yang dikeluarkan dari sekolah kedokteran ternyata dibawah rata-rata. Perbedaan antara konsep dirinya dengan ideal konsep dirinya dan realitas kinerja kademis yang buruk dapat menyebabkan kegelisahan dan kerentanan pribadi, yang dapat memberikan motivasi yang diperlukan untuk masuk terapi. Leon harus melihat bahwa ada masalah atau, setidaknya bahwa ia tidak cukup nyaman untuk menghadapi penyesuaian psikologis untuk mengeksplorasi kemungkinan untuk perubahan. Konseling berlangsung, klien dapat mengeksplorasi lebih luas keyakinannya dan perasaannya. Ia dapat mengekspresikan ketakutannya, rasa bersalah, kecemasan, malu, kebencian, kemarahan, dsb. Emosi diangap terlalu negatif untuk menerima dan memasukkan ke dalam dirinya. Dengan terapi, orang disortir kurang dan pindah ke penerimaan yang lebih besar dan integrasi perasaan yang saling bertentangan dan membingungkan. Ia semakin menemukan aspek dalam dirinya yang telah disimpan.
Sebagai klien ia merasa dimengerti dan diterima, ia menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap pengalamannya. Karena mereka merasa lebih aman dan kurang rentan, ia menjadi lebih realistis, menganggap orang lain dengan akurasi yang lebih besar, dan menjadi lebih mampu untuk memahami dan menerima orang lain. Individu dalam terapi datang untuk menghargai dirinya secara lebih dan perilakunya menjukkan lebih banyak fleksibilitas dan kreativitas. Ia menjadi kurang peduli tentang memenuhi harapan orang lain, dan dengan demikian mulai berperilaku dengan cara yang lebih benar untuk diri sendiri. Dapat lebih bebas untuk membuat keputusan, dan semakin percaya diri masuk untuk mengelola kehidupan ia sendiri.
Dari contoh kasus Leon dapat diambil kesimpulan bahwa salah satu alasan klien mencari terapia dalah perasaan tidak berdaya dan ketidakmampuan untuk membuat keputusan atau secara efektif mengarahkan hidupnya sendiri. Mereka mungkin berharap untuk menemukan “jalan” melalui bimbingan terapis. Dalam kerangka orang terpusat, namun klien segera belajar bahwa mereka dapat belajar menjadi lebih bebas dengan menggunakan hubungan untuk mendapatkan diri yang lebih besar dari pemahaman.
Menurut saya, contoh kasus diatas tepat jika menggunakan pendekatan humanistik. Karena humanistik bersifat menyelesaikan masalah saat ini, dan pendekatan humanistik tepat diberikan kepada klien yang mengalami kecemasan, ketakutan, rasa bersalah,dan malu terhadap masalah yang sedang dihadapi. Dalam pendekatan humanistik terapis memberika masukkan yang sesuai dengan keadaan klien pada saat ini, mendengarkan dengan baik atas setiap keluahan dari klien sehingga klien merasa diterima dan dimengerti.